Secara demografi, penduduk dunia adalah jumlah total manusia yang hidup saat ini, dan diperkirakan mencapai 7.800.000.000 orang per Maret 2020. Dibutuhkan lebih dari 2 juta tahun prasejarah dan sejarah manusia untuk populasi dunia mencapai 1 miliar dan hanya 200 tahun lagi untuk tumbuh menjadi 7 miliar. Peningkatan populasi manusia berbanding lurus dengan meingkatnya CO2 dibumi. Dan taukah anda bahwa ikan paus adalah satu makhluk hidup yang dapat membantu mengurangi peningkatan CO2 di bumi.
Tim peneliti Australia memperhitungkan paus sperma Samudra Selatan melepaskan 50 ton zat besi setiap tahun. Limbah tersebut merangsang pertumbuhan tumbuhan laut kecil phytoplankton yang menyerap CO2 selama fotosintesis. Proses tersebut menghasilkan penyerapan sekitar 40.000 ton karbon, lebih dari dua kali lipat jumlah yang dilepaskan paus dengan bernafas, kata hasil penelitian. Para peneliti mencatat dalam jurnal Royal Society Proceedings B bahwa proses itu juga menghasilkan lebih banyak makanan untuk paus, yang diperkirakan berjumlah 12.000. Fitoplankton adalah dasar jaring makanan laut di belahan bumi ini, dan pertumbuhan tumbuhan sangat kecil ini dibatasi oleh jumlah zat makanan yang tersedia, termasuk zat besi. Studi lain pada 2010 menunjukkan 12 ribu Paus Sperma di Laut Selatan menarik 200 ribu karbon dari atmosfer tiap tahun. Angka ini dihitung dari kotoran yang mereka keluarkan telah menstimulasi pertumbuhan fitoplankton.
Dan juga tahi dari ikan ini membantu produksi oksigen. Hal ini dikarenakan, kotoran hewan ini melepaskan banyak nutrisi seperti nitrogen, fosfot dan zat besi. Yang mana nutrisi tersebut dibutuhkan plankton untuk menarik karbondioksida dari atmosfer lewat fotosintesis. Sementara tubuhnya menyerap karbondioksida. Tubuh paus yang penuh lemak dan protein menyimpan karbon seperti pohon raksasa. Ketika Paus mati dan tubuhnya tenggelam ke dasar laut, tubuhnya menyimpan karbon yang tak kembali dari atmosfer selama ratusan hingga ribuan tahun. Dalam studi yang dipublikasikan pada 2010, diperkirakan paus-paus ini telah membawa 30 ribu ton karbon yang dibawa ke dalam laut ketika tubuh mereka mati dan tenggelam. Jika populasi paus-paus ini kembali ke jumlah sebelum era perburuan paus, penulis memperkirakan penurunan karbon akan lebih besar menjadi 160.000 ton per tahun.”Paus Sperma (Physeter macrocephalus) merangsang produksi primer (oksigen) baru dan ekspor karbon ke laut dalam,” tulis penelitian itu. Namun ketika paus-paus ini hidup, mereka bahkan menangkap lebih banyak karbon di atmosfer.
Namun sangat disayangkan hewan ini kini terancam punah. Manusia telah membunuh paus selama berabad-abad, tubuh mereka memberi kita segalanya mulai dari daging hingga, minyak hingga tulangnya. Catatan perburuan paus komersial paling awal terjadi pada 1000 Masehi. Sejak itu, puluhan juta paus telah dibunuh dan para ahli percaya bahwa populasinya mungkin telah menurun antara 66% dan 90 persen menurut Esajournals. Untuk saat ini ada sekitar 1,3 juta paus di lautan Bumi. Jika jumlah mereka dikembalikan pada era sebelum perburuan paus, maka diperkirakan terdapat 4 dan 5 juta Paus di lautan.