Bunga telang (Clitoria ternatea L) adalah tumbuhan merambat yang biasa ditemukan di pekarangan atau tepi hutan. Tanaman ini berasal dari daerah Ternate, Maluku. Tanaman ini dapat tumbuh didaerah tropis seperti Asia sehingga penyebarannya telah sampai Amerika Selatan, Afrika, Brazil, Pasifik Utara, dan Amerika Utara. Bunga telang juga dikenal dengan nama seperti Butterfly pea (Inggris), Bunga telang (Jawa), dan Mazerion Hidi dari Arab (Budiasih, 2017). Bunga telang jika dilihat memang mirip seperti bunga anggrek, namun tanaman ini termasuk tanaman merambat yang biasanya terdapat pada pekarangan rumah, perkebunan, maupun pinggiran sawah. Bunga ini identik dengan warna biru keunguan pada kelopaknya sehingga beberapa masyarakat menjadikannya tanaman hias karena warna bunganya yang cantik. Selain bunga, ternyata tanaman ini menghasilkan kacang yang berwarna hijau sehingga tanaman ini tergolong sebagai polong-polongan.
Masyarakat hanya menjadikannya tanaman hias ataupun tanaman liar yang tak bermanfaat. Padahal banyak manfaat yang terkandung apabila dikonsumsi. Namun terdapat beberapa juga masyarakat yang mengolahnya dan mengonsumsinya. Pemanfaatan bunga telang biasanya digunakan sebagai pewarna pada berbagai produk pangan lokal di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Pemanfaatan ini masih terbatas pada produk makanan yang tidak bertahan lama. Komponen utama pada bunga telang yang berperan sebagai pewarna disebabkan oleh adanya kandungan pigmen antosianin yang berwarna merah hingga ungu pekat. Antosianin memiliki struktur cincin aromatik yang memiliki komponen polar dan residu glikosil, oleh karena itu dapat menghasilkan molekul polar. Sifat polar pada antosianin menyebabkan lebih mudah larut dalam air dibanding dalam pelarut non-polar (Catrien, 2009).
Masyarakat yang sudah paham akan manfaat bunga telang ini akhirnya banyak yang membudidayakannya. Bahkan harga bunga telang yang dianggap tanaman liar ini sangat mahal jika diperjual belikan. Bunga telang memang bisa diolah menjadi berbagai produk, namun yang paling diminati oleh masyarakat yaitu teh bunga telang. Harga per kilogram bunga telang bisa mencapai Rp 500.000 dan paling rendah Rp 150.000 dengan kondisi sudah kering.
Namun dibalik harganya yang cukup mahal, seimbang dengan segala manfaat yang ada. Dilihat dari fitokimia, bunga telang memiliki sejumlah bahan aktif yang memiliki potensi farmakologi. Potensi farmakologi bunga telang antara lain adalah sebagai
- Antioksidan
- Antibakteri
- Anti inflamasi dan analgesik
- Antiparasit dan antisida
- Antidiabetes
- Antikanker
- Antihistamin
- Immunomodulator
- Dan potensi berperan dalam susunan saraf pusat, Central Nerveous System (CNS).
Sumber :
- Anggriani, Lisa. (2019). Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai Pewarna Alami Lokal Pada Berbagai Industri Pangan. Vol. 2 Issue 1, Juni 2019 , 2-3.
- Budiasih, K.S. 2017. Kajian Petonsi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria ternatea). Di dalam: Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Ruang Seminar FMIPA UNY: 14 Oktober 2017. Hal: 201-206.
- Catrien. (2009). Pengaruh Kopigmentasi Pewarna Alami Antosianin dari Rosela. Institut Pertanian Bogor.
- Imayanti, Riris Ayu, dkk. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Bunga Telang Di Desa Panggreh Kecamatan Jabon. Universitas Widyagama Malang.
- Kuntadi. (2020). Bantu Jaga Imunitas di Masa Pandemi, Harga Bunga Telang Tembus Rp500.000 per Kg. BANTUL, iNews.id , 1.