Krisis pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), belum usai, negeri ini dilanda berbagai bencana banjir dan longsor, seperti terjadi di Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Data 19 Juli, sekitar 38 orang meninggal dunia, dan 46 orang hilang. Beberapa faktor disebut jadi penyebab bencana ini, seperti alih fungsi hutan dan lahan, sampai curah hujan tinggi.
Penyebab terjadinya bencana ini dikarenakan degradasi lingkungan. Curah hujan yang tinggi, risiko alamiah dari perubahan iklim lantaran pemanasan global juga karena kerusakan lingkungan. Curah hujan tinggi yang merupakan dampak anomali iklim ini memicu terjadi banjir bandang, karena hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Rongkong dengan berapa sungai di sub DAS Luwu Utara, terutama di Masamba dan sekitarnya tak mampu lagi menahan beban hidrologis di tanah yang tutupan hutannya yang sudah kritis.
Termonitor curah hujan lebih dari 100 mm per hari serta kemiringan lereng di bagian hulu DAS Balease sangat curam. Desa Balebo yang dilewati DAS ini berada pada kemiringan lebih dari 45 persen. “Selain faktor cuaca, kondisi tanah berkontribusi terhadap terjadinya luncuran material air dan lumpur. Jenis tanah distropepts atau inceptisols memiliki karakteristik tanah dan batuan di lereng yang curam mudah longsor, yang selanjutnya membentuk bending alami atau tidak stabil. Kondisi ini mudah jebol apabila ada akumulasi debit air tinggi,
Secara topografis, Luwu Utara, Luwu Timur, sebagian Toraja sampai ke wilayah Sulawesi Tengah merupakan perpaduan geologis wilayah dataran tinggi Verbeek dengan dataran-dataran rendah yang memiliki tanah subur. Karakteristik tanah subur adalah tanah yang umumnya gembur mestinya tetap direkat oleh tumbuhan atau pepohonan. Tetapi ketika hutan dibuka untuk perkebunan/pertanian dan industri ekstraktif berupa tambang, akan merusak daya dukung ekologis kawasan tanah-tanah yang subur itu. Saat wilayah ketinggian tidak mampu lagi menyimpan dan menahan air karena rusaknya daya dukung lingkungan otomatis wilayah rendah akan menerima risiko. Itulah yang memicu banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara menyebut bahwa banjir bandang ini dipicu salah satunya karena hujan dengan intensitas tinggi dua hari sebelum bencana. Debit air hujan mengakibatkan Sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada meluap sehingga terjadi banjir bandang. Lalu bagaimana cara pencegahan yang harus dilakukan masyarakat untuk mengurangi faktor penyebab terjadinya banjir atau longsor.
Pencegahan Banjir
Untuk mencegah banjir dan berbagai dampak negatif yang dapat terjadi sebaiknya kita mulai melakukan pencegahan sedini mungkin. Diharapkan dengan keseriusan berbagai pihak dalam pelaksanaan pencegahan banjir ini, kita bukan hanya dapat meminimalisir banjir yang terjadi namun juga bisa menghindarinya. Berikut adalah ulasan beberapa cara mencegah banjir, yaitu :
1. Membuang Sampah Pada Tempatnya
Bukan hal yang baru kita ketahui, bahwa sampah menjadi salah satu penyebab banjir. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuang sampah di jalanan dan terbawa masuk ke gorong-gorong. Akhirnya sampah tersebut terbawa hingga ke sungai dan mengakibatkan banyak dampak negatif lainnya.
Pendangkalan sungai adalah salah satu akibatnya. Dalam jangka panjang, pada saat curah hujan tinggi, kubik air yang tak tertampung akan mengakibatkan banjir. Karena itulah mari membuang sampah pada tempatnya. Bukan hanya untuk mencegah banjir, namun lingkungan yang bersih akan lebih menyehatkan.
2. Membuat Saluran Air atau Terowongan Air Bawah Tanah
Banjir merupakan masalah pembuangan air. Jika sudah mengetahui akan dibuang kemana, maka membuat saluran air merupakan salah satu cara pencegahan banjir. Saluran air yang dibuat tidak boleh terhubung ke sungai mati atau sungai yang buntu. Tapi harus dipastikan tujuannya, yaitu terhubung dengan sungai yang memiliki aliran air yang lancar dan terhubung langsung ke laut.
Di Jepang, saluran air yang dibuat berupa terowongan air bawah tanah yang cukup besar dan menuju langsung ke lautan. Di maksudkan dengan konstruksi ini maka kubik air yang masuk ke perkotaan dapat langsung di alirkan ke lautan dalam waktu yang singkat.
3. Mendirikan Bangunan/Konstruksi Pencegah Banjir
Bukan hanya saluran air yang baik, tapi bangunan pencegahan banjir dapat dijadikan sebagai salah satu metode pencegahan banjir (baca :jenis-jenis banjir). Bendungan dan waduk adalah konstruksi yang tepat untuk dijadikan media pencegahan banjr, dikarenakan dapat menampung kubik air yang cukup banyak sebelum di alirkan ke laut. Sehingga air tidak sampai mengalir ke pemukiman penduduk.
4. Membersihkan dan Merawat Fasilitas Penyaluran Air
Setelah saluran air yang baik dan konstruksi bangunan pencegahan banjir telah dibangun, maka kewajiban kita adalah untuk rutin membersihkan dan melakukan perawatan sedini mungkin. Saluran air yang kotor akan memiliki aliran air yang tidak lancar dan tersumbat. Sedangkan bendungan yang tidak terawat, lebih rentan rusak dan mengalami pendangkalan . Hal ini memungkinkan potensi banjir yang lebih besar.
5. Menanam Pohon Berbatang Besar di Sekitar Rumah
Banyak saran pencegahan banjir yang mengatakan tentang penanaman pohon, namun itu saja tidak cukup. Pohon yang ditanam baiknya merupakan pohon yang dapat tumbuh besar. Hal ini dikarenakan, pohon yang besar memiliki akar yang kuat dan menciptakan rongga-rongga tanah yang lebih baik. Hal ini berfungsi agar air dapat cepat diserap oleh akar dan resapan air ke tanah dapat lebih optimal.
6. Penciptaan Green Open Space (kawasan terbuka hijau)
Kawasan Terbuka Hijau adalah kawasan yang khusus ditujukan untuk penanaman pohon di daerah perkotaan. Hal ini digunakan sebagai pengganti hutan. Pada kota-kota yang cukup luas dan jarak kehutan cukup jauh, area resapan air sangat sedikit. Sehingga dibutuhkan area tambahan dengan fungsi pengganti.
7. Melestarikan Hutan
Hutan berfungsi sebagai sponge. Dengan menyerap air hujan dan mengalirkan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Mengapa disebut sponge? hal ini dikarenakan fungsi hutan yang mampu menyerap air hujan hingga 20%. Sebagian air hujan akan diikat dan sebagian lagi akan dibebaskan kembali ke atmosfer dengan melakukan kondensasi air pada saat tumbuhan melakukan fotosintesis.
Karena itulah upaya melestarikan hutan sangat penting untuk dilakukan, Selain sebagai upaya pencegahan banjir namun juga sebagai upaya pelestarian lingkungan. Reboisasi adalah salah satu upaya untuk melakukan pelestarian hutan.
8. Membuat Lubang Biopori
Lubang biopori adalah lubang sedalam kira-kira 30 cm ke dalam tanah dan berisi sampah daun-daunan. Cara kerja lubang biopori adalah dengan menarik hama cacing oleh sampah daun-daunan yang ada. Cacing kemudian akan membuat pori-pori tanah sehingga menambah tingkat resapan pada tanah.
Pencegahan Longsor
Masyarakat perlu mengetahui beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor diantaranya:
- Tidak membuat kolam atau sawah diatas lereng
- Tidak mendirikan rumah dibawah tebing, tidak menebang pohon di sekitar lereng
- Tidak mendirikan bangunan di bawah tebing dan sekitar sungai
- Tidak memotong tebing secara tegak lurus, membuat terasering
- Melakukan upaya preventif,
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait tanah longsor dan bahaya yang mengikutinya,
- Adanya intervensi dari pemerintah kepada masyarakat serta pembuatan kebijakan tegas terhadap pelanggaran aturan yang telah ditetapkan sebagai upaya pengurangan risiko terjadinya tanah longsor.
Notes : Atas nama keluarga besar KSL “NATARU”menyampaikan TURUT BERDUKA CITA sedalam-dalamnya atas apa yang menimpa teman kami, saudara kami, keluarga kami di Masamba, Luwu Utara. Mari bersama-sama kita doakan semoga saudara-saudar kita semua yang berada di Luwu Utara selalu diberikan perlindungan dan kesehatan oleh Tuhan YME. Aamiin.
DONASI TERBUKA “BERSAMA MASAMBA”
Duka bagi sanak saudara kita atas bencana banjir di Masamba tidak hanya menjadi duka mereka melainkan duka bersama. Untuk mewujudkan Indonesia yang saling bahu-membahu atas rasa bela rasa, persaudaraan dan kemanusiaan, kami yang terdiri dari beberapa komunitas di Yogyakarta dan sekitarnya berkolaborasi untuk melakukan penggalangan dana dalam gerakan “BERSAMA MASAMBA”. Gerakan ini dimaksudkan untuk turut memberikan bantuan kepada para penyintas.
Karena bukankah kita percaya bahwa ini bukan waktunya kerja sendiri, tapi kerja bareng, dan kolaborasi?
Mari, ambil bagian dan peduli bareng bersama gerakan “BERSAMA MASAMBA” dengan bareng-bareng berkolaborasi, berkontribusi, kamu bisa salurkan donasi terbaikmu melalui rekening:
BRI 010201062851504 a/n Euginia Sekar Anindyanari
(Donasi dibuka mulai 26 Juli sampai 13 Agustus 2020)
Konfirmasi donasi/pertanyaan dapat menghubungi:
CP: 0818-0232-2832 (Bella)
Berapapun itu, niat baik nan tulus selalu bisa berdampak dan bermakna untuk saudara-saudari kita.
Sumber:
- https://www.google.co.id/amp/s/amp.tirto.id/penyebab-banjir-masamba-luwu-utara-yang-tewaskan-puluhan-orang-fRm6
- https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2020/07/20/09210791/bnpb-ungkap-tiga-penyebab-banjir-bandang-di-luwu-utara
- http://www.pusatkrisis.kemkes.go.id/cara-mencegah-terjadinya-tanah-longsor
- https://ilmugeografi.com/bencana-alam/cara-mencegah-banjir