Sejak pandemi COVID-19 merebak, beberapa negara di dunia menerapkan karantina wilayah untuk mengurangi risiko penularan. kebijakan ini memaksa warga untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari berkumpul dengan banyak orang. Sekolah-sekolah dan tempat hiburan ditutup, beberapa perusahaan menerapkan #BekerjaDariRumah/dirumahaja, dan transportasi umum pun dibatasi jumlah dan waktu operasionalnya. Banyak yang mengatakan, langkah-langkah ini membuat kondisi Bumi menjadi lebih baik dan sehat.
Seperti yang kita ketahui negara kita Idonesia juga sedang di landa penyakit atau virus COVID19! dan apa perubahan lingkungan saat ini?
5 Perubahan Lingkungan yang terjadi di Dunia atau Bumi kita saat ini :
- Polusi Udara Berkurang (karena berkurangnya aktivitas industry)
- Efek Positif pada Udara (berkurangnya karbon dioksida yang berasal dari berbagai transportasi)
- Lapisan Ozon Mulai Pulih (berpengaruh pada perubahan suhu atmosfer dan curah hujan)
- Udara Lebih Bersih
- Saluran air semakin bersih
Pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19 semakin memberi pukulan keras terhadap ekonomi global. Namun, ada dampak lain yang sangat positif bagi lingkungan.
Kabar baik di tengah kabar buruk terkait semakin luasnya penyebaran virus corona di dunia. Sebab, lagi-lagi Covid-19 menunjukkan pengaruh positif terhadap polusi udara secara global.
Menggunakan instrumen Tropomi pada satelit Copernicus Sentinel-5P, astronom mengambil gambar permukaan Bumi yang diambil dari 1 Januari hingga 11 Maret 2020. Gambar tersebut menunjukkan penurunan nitrogen dioksida, yakni emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan asap industri, yang turun secara drastis.
Transportasi, misalnya, menyumbang 23% dari total emisi karbon global. Angka emisi karbon karena transportasi terlihat turun di negara-negara yang membatasi pergerakan warganya sebagai kebijakan. Berkendara dan penerbangan adalah penyumbang utama emisi dari transportasi, yakni 72% dan 11% dari gas rumah kaca dan gas emisi.
Ini bukan kali pertama sebuah epidemi memengaruhi level karbon dioksida di atmosfer. Sepanjang sejarah, penyebaran penyakit telah dihubungkan dengan tingkat emisi lebih rendah bahkan sebelum era industri.
Penelitian lain menemukan bahwa banyaknya korban meninggal dunia berarti ada sejumlah besar lahan pertanian yang ditinggalkan, ditumbuhi tanaman liar dan mengurangi kadar CO2 secara masif.
Banyak manusia kehilangan nyawa dan ekonomi kita pun amat terpengaruh. Kita pasti ingin lingkungan lebih baik, tapi juga ingin beraktivitas dengan normal. Butuh supporting policy untuk mengatasi masalah iklim, bukan karena wabah yang mengorbankan nyawa manusia dan disertai dengan krisis ekonomi
Namun dari semua ini semoga kita bisa mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Saat ini, ketika banyak melakukan aktivitas di rumah, maka bisa dimanfaatkan untuk belajar memilah sampah sendiri di rumah dan membuat kompos. Mungkin saja, setelah pandemi berakhir, muncul kesadaran pada setiap individu untuk lebih menjaga alam.
Krisis Iklim Terabaikan Sementara
Pandemi COVID-19 membuat isu krisis iklim terpinggirkan. Namun, para ahli memperingatkan bahwa keputusan penting mengenai iklim tidak boleh diabaikan. Meski emisi mengalami penurunan sejak pandemi terjadi, sayangnya kita belum melihat perubahan yang luas dan berjangka panjang sebagai hasilnya.
Seperti NO2, emisi karbon dioksida (CO2) juga telah berkurang di masa pandemi COVID-19. Ketika kegiatan ekonomi terhenti, emisi CO2 mengalami penurunan.
Dengan bersandarnya kapal pesiar untuk sementara waktu, lautan juga mengalami penurunan polusi suara sehingga menurunkan tingkat stress mahluk laut seperti ikan paus, dan membuat migrasi yang lebih tenang.
Konservasionis berharap pandemi COVID-19 akan membantu mengekang perdagangan satwa liar global, yang menjadi penyebab kepunahan sejumlah spesies. Wabah ini kemungkinan berasal dari pasar hewan Wuhan, yang menjual hewan hidup dan merupakan pusat bagi satwa liar yang diperdagangkan secara legal dan ilegal. Perlu tindakan keras terhadap perdagangan satwa liar hidup.
Meningkatnya kualitas lingkungan setelah aktivitas industri terhenti akibat lockdown, turut membuktikan bahwa manusia dan ekonomi punya andil dalam penyebaran polusi.
Polusi udara yang hilang, sungai-sungai yang menjadi bersih, adalah bukti bahwa kerusakan lingkungan berasal dari aktivitas ekonomi manusia,
Maka dari sekarang cobalah untuk lebih mencintai bumi kita karena kita tidak bisa tau kedepannya seperti apa. Akankah lebih baik Bumi kita atau malah sebaliknya. Tak dapat dipungkiri, ada ketakutan mengenai kondisi Bumi yang akan kembali seperti sebelum wabah terjadi. Pasalnya, kegiatan produksi bisa jadi meningkat berkali-kali lipat untuk mengejar ketertinggalan.
Semoga setelah wabah Covid-19 ini berakhir, kita akan lebih baik untuk mengurus bumi kita. Produksi yang berjalan, selaras dengan alam sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Jangan lagi kembali ke aktivitas-aktivitas yang menyebabkan kerusakan dan polusi terhadap Bumi kita.
Kesehatan masyarakat dan kesehatan planet berhubungan erat dan harus ditangani bersama. Kita perlu melindungi hutan dan keanekaragaman hayati dunia karena kehidupan kita tergantung pada apa yang kita perbuat hari ini.
Mirisnya, Sampah Plastik Terus Meningkat!
Sayangnya, salah satu efek terburuk terhadap lingkungan di masa pandemi adalah meningkatnya penggunaan plastik sekali pakai dari peralatan medis, seperti sarung tangan hingga kemasan plastik lainnya. Semakin banyak orang memilih makanan yang dikemas, bahkan kafe yang tetap buka tidak lagi menggunakan cangkir yang dapat digunakan kembali sebagai upaya menghentikan penyebaran virus.
Sumber :
- https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/17/190300123/dampak-pandemi-virus-corona-pada-lingkungan-polusi-udara-global-turun
- https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-52194438
- https://www.dw.com/id/7-dampak-virus-corona-terhadap-lingkungan/g-53184443
- https://www.liputan6.com/global/read/4217476/headline-polusi-udara-sejumlah-negara-turun-saat-pandemi-corona-bagaimana-indonesia
- https://nationalgeographic.grid.id/read/132095952/kondisi-bumi-membaik-selama-pandemi-covid-19-bolehkah-kita-tenang
- https://voi.id/artikel/baca/3901/makna-pandemi-covid-19-bagi-lingkungan-hidup
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20200405082452-4-149837/riset-dampak-cuaca-pada-covid-19-dirilis-ini-saran-bmkg-ugm
- https://www.bbc.com/indonesia/majalah-52211747